Pemkab Ingin Kembangkan Industri Hilir Sawit

oleh -474 views
Pemkab Ingin Kembangkan Industri Hilir Sawit
Pengembangan kelapa sawit akan diarahkan ke industri hilir agar menghasilkan produk turunan.

BERITA KUTIM, SANGATTA – Kelapa Sawit jadi potensi besar Kabupaten Kutai Timur (Kutim), terutama untuk pengembangan produk hilir. Hal ini didukung ketersediaan bahan baku industri yang melimpah, dimana produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) mencapai 6,453 juta ton pada tahun 2020.

Hilirisasi industri sawit yang dicanangkan Pemkab Kutim wujud pengembangan agribisnis dalam arti luas. Meski program ini telah dimulai sejak pemerintahan sebelumnya. Namun, hasil yang dicapai memang belum optimal.

Baca Juga :  Bantuan Pupuk untuk Kelompok Tani Sidodadi Diserahkan oleh Ketua DPRD Kutai Timur

“Jadi mulai dari perkembangan industri hilir hingga pertumbuhan ekonomi. Maka yang digenjot saat ini adalah konsep pengembangan industri hilirnya,” ujar Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kaltim, Kutim diketahui memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 459.681 Ha. Di tahun 2020, jumlah petani sawit bahkan mencapai sebanyak 75.413 kepala keluarga.

Baca Juga :  Kadis Dispar : Banyak Medsos yang Bisa Dimanfaatkan untuk Promosikan Produk Unggulan, Event dan Pariwisata Daerah

Ke depan, Pemkab Kutim disebut Ardiansyah akan mengoptimalkan produk turunan sawit seperti personal wash, personal care, hingga biofuel untuk kebutuhan masyarakat Kaltim yang kini mencapai 3,7 juta jiwa.

“Tentunya sebagai pendukung pengembangan sektor agribisnis sebagai roda ekonomi daerah dapat berjalan dengan cepat,” ujarnya.

Hal ini pastikan akan terus berproses tiap tahunnya untuk menyambut terbukanya kembali pasar Uni Eropa untuk membeli CPO (crude palm oil) dari Indonesia.

Baca Juga :  Cegah Lakalantas, Polres Kutim Lakukan Tes Urine Supir AKAP » Kutim Post

Ardiansyah menyebutkan, nanti adanya penerapan standar nasional melalui Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) akan berlaku pada petani sawit mandiri ataupun plasma.

“Agar daya saing hasil panen dapat setara dengan milik perusahaan. Tentunya Kutim sudah memastikan mengikuti standar itu,” pungkasnya. (ADV)