Sangatta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur, Ubaldus Badu, menyampaikan kekecewaannya terkait alokasi dana aspirasi sebesar 1 miliar rupiah yang seharusnya digunakan untuk pembangunan fasilitas pendidikan di daerah pemilihannya. Dana tersebut, yang seharusnya dialokasikan untuk lima kecamatan di Dapil 5, yakni Kaubun, Karangan, Sandaran, dan Sangkulirang, dinyatakan telah dialihkan tanpa sepengetahuannya ke Dapil 2.
Ubaldus menjelaskan bahwa dana aspirasi tersebut adalah hasil reses anggota dewan, di mana aspirasi masyarakat dikumpulkan dan dijadikan dasar alokasi dana. Namun, setelah melalui proses di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) dan dinas terkait, dana tersebut secara tidak sah dipindahkan ke Bengalon.
“Saya memiliki dana aspirasi murni di tahun 2024 yang saya alokasikan di Dinas Pendidikan untuk pembangunan sekolah di dapil saya. Namun, setelah mengecek di dinas kemarin, ternyata dana 1 miliar punya saya di drop ke Bengalon. Ini sangat saya pertanyakan,” ujar Ubaldus saat ditemui awak media di DPRD Kutim, Kamis (13/06/2024).
Menurut Ubaldus, pengalihan dana ini telah merugikan daerah-daerah terpencil di Dapil 5 yang sangat membutuhkan perhatian dalam pembangunan fasilitas pendidikan. Ia menekankan bahwa kondisi pendidikan di daerah-daerah seperti Sandaran dan Karangan sangat memprihatinkan, dengan banyak sekolah yang masih memiliki lantai tanah yang becek saat hujan, sementara sekolah di daerah perkotaan sudah mengalami semenisasi.
“Dinas Pendidikan mengalokasikan hanya satu untuk pendidikan di bengalon. Saya memiliki beberapa judul pembangunan termasuk gedung sekolah, musholla, pagar sekolah, dan kapel Katolik. Namun, tidak ada yang tersampaikan,” tambahnya.
Ia juga mengkritik koordinasi yang buruk antara dinas terkait, yang tampaknya tidak mengetahui bahwa ia adalah anggota DPRD dari Dapil 5. Ubaldus mengungkapkan frustrasinya atas ketidaktahuan dinas-dinas tersebut mengenai pengalokasian dana.
“Aneh rasanya, rekomendasi dari sini sudah diantarkan ke sana, tapi dinas pendidikan tidak tahu bahwa saya berasal dari Dapil 5. Ini adalah siasat dinas-dinas yang sekarang ini, sampai kemaren saya pukul meja,” ucapnya.
Ubaldus menegaskan bahwa ia siap bertanggung jawab dan akan terus memperjuangkan alokasi dana aspirasi tersebut, dengan harapan kondisi pendidikan di pelosok dapat diperbaiki.
“Kondisi pendidikan di pelosok sangat memprihatinkan, biaya mahal, transportasi sulit, apalagi sering hujan. Kita mau alokasikan anggaran ke sana, itu pun syukur-syukur bisa selesai karena kendala-kendala banyak,” pungkasnya. (bk)