Mahyunadi Singgung Unsur Pimpinan DPRD Kutim Menjadi Sebab Tingginya SILPA, Ini Tanggapan Kasmidi Bulang

oleh -394 views
d6905013 c0a9 4a97 b3d4 d089ff865b49

Samarinda – Debat kedua Pilkada Kutai Timur yang digelar pada Selasa (19/11/2024) di Samarinda memunculkan perdebatan sengit terkait pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Kutim Tahun 2024. Salah satu isu yang mengemuka adalah sikap Fraksi Golkar yang disebut menjadi satu-satunya fraksi DPRD Kutim yang menolak pengesahan APBD-P tersebut.

Calon Wakil Bupati Kutim, Mahyunadi, yang berpasangan dengan Ardiansyah, menuding bahwa keterlambatan pengesahan APBD-P 2024 berpotensi meningkatkan angka Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA). Ia menyebut unsur pimpinan DPRD Kutim sebelum hasil Pemilu 2024 sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keterlambatan pengesahan dokumen penting tersebut.

Baca Juga :  GOW Kutim Gelar Pasar Murah di Teluk Singkama, 250 paket Ludes Terjual

“Yang bertanggung jawab siapa? Ketua DPRD yang lama, Wakil Ketua DPRD yang lama, dan Wakil Ketua lainnya. Semua berasal dari koalisi paslon nomor urut 1,” ungkap Mahyunadi dalam sesi debat.

Baca Juga :  Bupati Ardiansyah Sampaikan Saran dan Usulan di Musrenbang Kaltim

Selain itu, Mahyunadi juga menyinggung bahwa Fraksi Golkar DPRD Kutim menjadi satu-satunya fraksi yang tidak menyetujui APBD-P 2024.

“Masyarakat Kutim perlu tahu, ironisnya satu-satunya fraksi yang tidak menyetuji APBD di masa anggota DPRD yang baru adalah Fraksi Golkar,” ungkapnya.

Menanggapi tudingan tersebut, Calon Bupati Kutim, Kasmidi Bulang, yang juga menjabat Ketua DPD Golkar Kutim, menilai pernyataan itu tidak berdasar dan cenderung mengandung fitnah.

Baca Juga :  Jaga Kualitas Iklim Lingkungan, Bupati Kutim Resmikan RTH dan Tanam Pohon Endemik Kalimantan

Ia menegaskan bahwa penolakan Fraksi Golkar bukan pada APBD-nya, melainkan pada kebijakan pemerintah menambah anggaran untuk proyek multiyears yang progres fisiknya belum jelas. Sementara sumber anggarannya berasal dari usulan program anggota DPRD yang purna tugas. Menurutnya, hal itu berarti mengorbankan teman-teman DPRD yang sudah selesai masa baktinya.

“Kebijakan itu yang Fraksi Golkar tolak, bukan APBD-nya,” tegas Kasmidi kepada awak media usai acara debat.