JMSI Minta Presiden Prabowo Subianto Koreksi Kebijakan para Menteri Kabinet Merah Putih

oleh -806 views
Teguh Santosa 750x536 1

Jakarta- Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) meminta Presiden Prabowo Subianto mengoreksi kebijakan para pembantunya di Kabinet Merah Putih.

Permintaan itu seiring kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia terkait distribusi gas elpiji bersubsidi 3 kilogram (kg) yang sempat menimbulkan gejolak di masyarakat.

Ketua Umum JMSI Teguh Santosa mengapresiasi respon cepat presiden yang menginstruksikan agar pengecer elpiji bersubsidi kembali melakukan penjualan setelah di-shut down oleh Bahlil. Langkah tersebut dinilai sebagai bukti keseriusan Prabowo dalam isu kesejahteraan rakyat.

Menurut Teguh, respon Prabowo juga dapat diartikan sebagai peringatan tegas bahwa semua pembantu presiden harus bekerja sesuai visi dan misi kepala negara.

Baca Juga :  Tutup Festival Nusantara, Bupati Kutim : Tahun Depan Digelar Lebih Meriah

Tidak boleh ada kebijakan yang menyeberang dan menyengsarakan rakyat dan dapat berdampak pada runtuhnya kewibawaan pemerintah dan presiden.

“Media melaporkan dengan sangat baik kekisruhan yang terjadi di lapangan akibat kebijakan itu,“ ujar Teguh usai menjadi pembicara dalam podcast mengenai reunifikasi Korea di Forum Keadilan TV di Jakarta, Selasa sore, 4 Februari 2025.

“Sempat muncul anggapan di tengah masyarakat bahwa presiden membiarkan kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Tetapi, anggapan itu runtuh setelah sikap presiden membela kepentingan rakyat disampaikan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad,” lanjutnya.

Baca Juga :  Tudang Sipulung, KKL Utara Kutim Gelar Family Gathering di Rangkai Pemilihan Pengurus Periode 2023 - 2028

Setelah mengoreksi kebijakan keliru Menteri Bahlil Lahadalia, Teguh juga menyarankan Presiden Prabowo meninjau program pemotongan anggaran oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kebijakan itu berdalih efisiensi di berbagai kementerian dan lembaga pemerintah.

Pemotongan anggaran itu dikhawatirkan dapat mengganggu jalannya roda pemerintahan. Bahkan, government shutdown yang berarti merusak kualitas pelayanan rakyat.

Baca Juga :  Bupati Resmikan Pusat Pembibitan Unggas Lokal Kutim, Dibangun Melalui CSR KPC Rp 3,2 M

Teguh menambahkan, kebijakan umum Presiden Prabowo adalah menghindarkan kebocoran dan pemborosan yang selama ini terjadi dan terkesan dibiarkan.

Lebih lanjut dinyatakan, Sri Mulyani semestinya menerjemahkan kebijakan umum itu pada tataran teknis yang lebih kreatif. Dengan demikian, sektor penerimaan dapat dimaksimalkan tanpa mengorbankan kinerja pemerintah dalam melayani kebutuhan rakyat.

“Saya curiga, menteri-menteri seperti ini sengaja mengambil kebijakan yang berdampak pada turunnya kepercayaan rakyat terhadap presiden. Ini sangat tidak elok,” ungkap Teguh.