Sangatta – Mantan Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kutai Timur (Kutim), Alex Bhajo, mengatakan bahwa perseteruan kepemimpinan di tubuh KNPI Kutim tak semata soal kepentingan pribadi, tapi juga berkaitan dengan dinamika internal organisasi dan dampak politik pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Ia menyebutkan, dualisme di tubuh KNPI bukan hanya terjadi di Kutim, tapi juga di tingkat provinsi dan pusat.
“Kalau KNPI dualisme itu bukan karena apa-apa ya. Secara struktur organisasi juga, KNPI di Jakarta juga tujuh. Di Kalimantan Timur juga tujuh. Itu fakta organisasi yang terjadi,” kata Alex, Kamis (12/6/2025) malam.
Menurut Alex, persoalan ini bermula pada masa kepemimpinan Munir, yang berencana menggelar Musyawarah Daerah (Musda) untuk periode kedua. Namun rencana itu tertunda karena pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2019 hingga 2020.
“Tahun 2020, kita dihadapkan dengan pilkada juga. KNPI ini sebenarnya masih berjalan dengan baik. Saya bahkan yang memimpin sidang naiknya Arief Rahman Hakim menjadi Ketua KNPI Kalimantan Timur,” terangnya.
Ketegangan mulai muncul ketika Munir mengajukan surat permohonan perpanjangan Surat Keputusan (SK) kepada Ketua DPD KNPI Kaltim, Arief Rahman Hakim. Namun surat tersebut tidak direspons.
“SK tidak diberikan, malah dilakukan langkah organisasi yang menurut saya tidak benar. Lewat forum Rapimda langsung saja dibentuk panitia Musda dan diambil alih sepihak oleh saudara Arief Rahman Hakim. Hasilnya, Felly Lung jadi ketua KNPI Kutim,” kata Alex.
Tak dilibatkannya Munir dalam proses Musda itulah yang memicu munculnya Musda tandingan. Munir kemudian meminta perpanjangan SK dari kubu KNPI versi Tito, yang dipimpin Lukas Himuq. Proses ini pun melahirkan Musda kedua yang digelar di Kantor DPD KNPI.
“Kenapa terjadinya Musda lagi? Karena Musda di Bukit Pelangi saat itu tidak melibatkan Munir. Kami sudah minta, kami sebagai pelaksana ingin melaksanakan dengan baik-baik, tapi tetap tidak dihiraukan,” tambahnya.
Ia juga menilai konflik ini tak bisa dilepaskan dari situasi politik setelah pilkada.
“Kalau dibilang enggak, kenyataannya memang begitu. Enggak bisa dipungkiri,” tegasnya.
Dualisme kepemimpinan antara Lukas Himuq dan Felly Lung di KNPI Kutim masih berlanjut hingga kini. Konflik ini berlangsung sejak 2020 dan hingga saat ini masih belum menemukan titik terang.